Selain pohon pisang, jambu air, jambu kelutuk, dan jeruk purut, di halaman rumah yang luasnya tak lebih lebar dari daun kelor ini terdapat dua pohon rambutan yang mulai berdiri tegar. Ya, mulai karena dua pohon rambutan itu masih kerap melambai alay ketika di tiup angin sepoi-sepoi. Pohon rambutan yang tumbuh malu-malu itu adalah hasil dari lemparan tiga angka biji rambutan yang entah berjenis apa ke dalam pekarangan.

Pekarangan rumah saya itu memang gudangnya hasil lemparan biji-bijian, dari lemparan dua angka, lemparan ke dalam, lemparan mendatar, lemparan ke bawah sampai lempar batu sembunyi tangan. Lengkap pokoknya bagai ensiklopedia Britannica.

Kembali ke rambutan. Buah yang kerap menjadi kambing hitam penyakit batuk itu adalah salah satu buah yang dapat menimbulkan phobia terhadap seseorang.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan para pengidap phobia ketika musim rambutan tiba, apalagi ditambah melewati jalan tegal lega. Sudah takut dengan rupa buahnya eh terkena pula ilusi optis jebakan betmen para pedagang kaki lima. Dari jauh terlihatnya 1 kilo 12 ribu, eh pas di dekati ternyata ada angka per 2 nya. Wahaaaadezig.

Ternyata rambutan gak hanya monopoli buah-buahan saja, karena di dunia percamilan ada sebuah olahan yang memiliki nama berunsur rambutannya yaitu bola tahu rambutan.

Makanan ringan ini sangat mudah dibuat plus gak banyak menghabiskan anggaran belanja rumah tangga. Camilan yang #AntiRibet pokoknya.