Maaf ceritanya panjang 😄 Masih segar di ingatan kejadian waktu SMA dimana aku dan teman-temanku waktu itu makan di restoran yang konon masakannya "uenak poll". Pesan lah kami salah satu menunya "cah kangkung". Kami tipe manusia yang selalu penasaran dengan rasa cah kangkung yang ada di resto ataupun RM manapun yang kami singgahi. Pesanan kami pun datang, dengan tampilan yang beda banget dari menu karena porsinya mini dan warna kangkungnya yang kalau kata chef itu overcook. Tapi kami masih berbaik sangka, mungkin rasanya endess. Setelah menu lengkap mulailah kami makan.
Saat cah kangkung masuk ke mulut kami, seketika rasa yang tak terdefinisikan mewarnai lidah dan dinding mulut kami,, kompak mata kami bertemu dan tentu saja kami terbahak dalam hati. Tidak sampai disitu kejutan lain menunggu, alangkah kagetnya kami ketika melihat struk. "Tangkringan bancet" porsi mini itu, (di desa kami ladang kangkung pasti jadi tempat nangkring anak kodok alias bancet). Sesampainya di parkiran temanku menggerutu "Tangkringan bancet sekepel, rasane sepa, wuled, rega selawe ewu? ora maning-maning mending masak dewek." Kata temanku. Sontak "tangkringan bancet" menjadi buah bibir kami selama sepekan dan selama teringat. Sungguh kenangan menarik masa SMA yang takkan terlupakan.
Namun, kangkung malam ini spesial saya masak untuk suami saya yang suka banget kangkung dan sedang berulang tahun. Semoga diberi umur yang barokah sayaang.
Oseng Kangkung ala ala selamat mencoba syalala.. 😋