Belum lama ini saya melihat liputan tentang atraksi 'Tong Setan' di televisi. Waw, atraksi yang mendebarkan hati. Tong setan ini dulu sempat berjaya pada sekitar tahun 90-an, namun sebagai anak 90-an, saya belum pernah sekali pun melihat atraksi tong setan secara live. Bayangkan, beberapa pengendara motor dengan cerianya berputar-putar di dalam tong segede gaban dengan sudut kemiringan 90° itu tanpa ada rasa takut sedikit pun.

Mengapa mereka tidak terjatuh? Bukan karena kekuatan Mbah Dukun yang komat-kamit di tengah tong atau ilusi optis namun karena adanya keterlibatan hukum fisika di dalamnya. Ya, ada 4 gaya yang terlibat dalam atraksi tong setan tersebut yaitu gaya gravitasi, gesek lintasan, normal, dan sentripetal. Untuk penjelasannya, sila masuk ke ruang guru aja ihihi.

Nah, di dunia kuliner ada pula makanan yang namanya berbau-bau kata Tong yaitu Tongseng. Namun tong yang ini tidak melibatkan setan gundul jadi-jadian tapi merupakan kolaborasi dedagingan dan sayuran yang solid. Tongseng adalah saudara dekat gulai yang berteman dengan kecap. Tongseng kabarnya berasal dari timur tengah dan dibawa oleh para pedagang yang singgah di tanah jawa khususnya Boyolali, Jawa Tengah pada sekitar abad ke-18.

Daging yang digunakan untuk olahan tongseng biasanya adalah daging kambing atau sapi namun sebenarnya dapat digunakan daging apa saja. Nah, sebagai #PejuangGoldenApron2 yang tidak begitu suka dengan daging merah membuat saya memutuskan untuk menggunakan daging ayam.